Sore
itu aku diajak temanku untuk belajar kelompok dirumahnya. Laras, begitulah nama
panggilannya. Awalnya aku tidak mau, karena sebelumnya aku sudah merencanakan
sore itu untuk lari sore bersama kakakku. Tetapi setelah dipikir-pikir, lebih bermanfaat
belajar kelompok daripada lari sore. Akhirnya kuputuskan untuk belajar kelompok
bersama Laras.
Setelah
waktu yang ditentukan telah tiba, kami semua berkumpul bersama dirumah laras.
Kami beranggotakan aku, Laras, Risa, Ika, dan Nisa. Ditengah-tengah belajar,
ada suara perut berbunyi. Ternyata itu suara perut yang berasal dari perutnya
Ika. Ika pun meringis sambil memegang perut. Setelah ditanya, ternyata dia
belum sempat makan siang. Sebab ibunya belum pulang dari kantor.
Laras pun mengajak Ika pergi ke dapur untuk makan.
Setelah sesampainya didapur, ternyata sisa makan tadi siang sudah habis. Dan
Ibunya Laras kebetulan juga belum pulang dari arisan. Laras pun kecewa sambil
menahan malu. Nisa dapat menangkap gelagat kedua temannya tersebut. Lalu, Nisa
pun mengusulkan untuk masak. Karena sekilas ia melihat cangkang telur yang ada
di tempat sampah. Laras, aku dan Risa pun langsung menyetujuinya.
Tak disangka, ternyata Risa itu pandai sekali memasak. Ia
pun mempunyai ide juga untuk memasak Nasi goreng. Karena mesakan tersebut
tergolong praktis. Setelah semuanya siap membantu untuk memasak, Nasi Goreng
pun segera dibuat. Setelah nasi goring tersebut matang, Risa pergi kekamar
mandi untuk cuci tangan. Ika dan Laras pergi kekamar Laras untuk mengolesi perut
Ika menggunakan minyak kayu putih. Sedangkan Nisa kembali ke teras untuk
membereskan buku-buku yang masih berserakan.
Aku pun membuatkan minum teh manis
untuk Ika agar perutnya lebih baik sementara. Tiba-tiba ibunya Laras datang. Beliau
langsung pergi kedapur. Mungkin karena lapar dan ingin segera makan. “eh,
Lita…. Sedang apa ? oh itu the buat saya ya ? Lita tahu banget kalau saya lagi
haus banget” tanya ibunya Laras sambil mendekatiku. Ditanya begitu aku sedikit
gelagapan. Kalau mau jujur kasihan ibunya Laras yang sudah lelah. Kalau bohong
takut berdosa. Akhirnya kuserahkan teh itu kepada ibunya Laras. Setelah
beberapa teguk meminum teh tersebut, ibunya Laras tahu bahwa diatas kompornya
ada wajan. Ditengoknya wajan tersebut. Beliau pun tersenyum. “Lita pandai masak
ya ? tante makan ya nasi gorengnya ?” tambahnya. “eh……..ehm….. iya tante.”
jawabku. Aku menarik napas kecewa. Setelah ibunya Laras mekan beberapa sendok
nasi goring tersebut muncullah laras dari ambang pintu. “ mana makan dan
mi……………” belum selesai ngomong Laras menghampiri ibunya. “ he?…… ini kenapa
dimakan dan diminum ibu ?” ibunya Laras cuma bisa diam. “ini memang buat ibu kan Lita ?” tanya ibunya Laras. Aku
hanya bisa menjawab “sebenarnya itu semua buat Ika bu…. L “. “yasudah, kita buat saja lagi “ Risa
menimpali. “setuju!” jawabku, Ibunya Laras, dan Laras. Akhirnya kita membuat
nasi goring dan the manis lagi. Setelah matang kami semua makan bersama-sama.
Setelah semuanya kenyang, kami melanjutkan untuk belajar kelompok. Sedangkan Ibunya
laras beristirahat J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar